Pagi
itu derai air mata dan ucapan puku syukur tak henti-hentinya ia ucapkan dari
mulut mungil dan mata yang bersinar kebahagiaan. Reina tak menyangka bahwa
kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil yang manis. Ia selalu ingat pada
firman Allah, bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dia baru saja
memenangkan Olimpiade SAINS tingkat Provinsi. Pengumuman diumumkan pada tanggal
17 Agustus 2014. Dan dari itu ia harus bermalam dahulu ditempatnya lomba karena
para peserta diwajibkan mengikuti upacara hari kemerdekaan di Provinsi.
Malam
hari sebelum di umumkannya pemenang, dia bergumam dalam hatinya, “bisakah aku
menjadi pemenangnya”?. Tapi dia tetap percaya bahwa selama kita berusaha dan
berdo’a Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita, walaupun terkadang kita
sangat sulit untuk mensyukurinya. Pada pukul 10.00 pagi tepatnya pada tangggal
17 Agustus, dia mampu dan berhasil memenangkannya. Dia tidak menyangka dia bisa
menang dengan sekolah-sekolah favorite di kota. Apalagi dia bisa menang tepat
pada hari yang Istimewa bagi Indonesia.
Dia
sangat bahagia, bahwa jika dia pulang nanti dia dapat mempersembahkan piala dan
piagam kepada orang tuanya. Diperjalanan pulang, dia selalu terbayang-bayang
senyum ayah dan ibunya, tak sabar hatinya ingin segera tiba dirumah untuk
mencium juga memeluk kedua orang tuanya di rumah. Pada saat tiba di depan
rumahnya, hatinya menjadi kacau dan resah “ ada apa ini?.” Dia berucap ketika
kedua matanya melihat bendera kuning terpampang di depan rumahnyadan kerumunan
orang yang banyak. Dia keluar dari mobil dan berlari menuju kerumahnya tanpa
menghiraukan orang yang ada disana.
Ayah
yang masih menggendong adiknya langsung memeluknya dengan kuat. “ Ibu…ibu ini
untuk ibu, untuk ayah” (sambil memperlihatkan piala dan piagamnya). Ayahnya tak
kuasa menahan tangis di depan anaknya, karena Reina terus memanggil ibunya
dengan bercucuran air mata. Saat melihat ibunya terbujur kaku dengan tubuh
tertutupi kain, hatinya terasa ingin memberontak, tapi dia tahu perpisahan
pasti akan terjadi. Reina mengusap air matanya, dan mencium wajah ibunya yang
telah dingin dan pucat.
Tanpa
dia sadari kakikanya tak mampu menahan tubuhnya dan dia pun jatuh pingsan. Disaat
dia terbangun ternyata ibunya telah dikebumikan. Dia harus benar-benar
mengikhlaskan ibunya. Dalam hatinya terselip do’a “ ya Allah terimalah amal
ibadah ibuku”. Diahari yang sanagt bersejarah bagi Indonesia ini, Reina
merasakan kebahagaian, tapi dia juga merasakan kepedihan yang mendalam.
0 Comment to "Tangis Bahagia dan Duka"
Posting Komentar