Sabtu, 15 Agustus 2015

Tangis Bahagia dan Duka



Pagi itu derai air mata dan ucapan puku syukur tak henti-hentinya ia ucapkan dari mulut mungil dan mata yang bersinar kebahagiaan. Reina tak menyangka bahwa kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil yang manis. Ia selalu ingat pada firman Allah, bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dia baru saja memenangkan Olimpiade SAINS tingkat Provinsi. Pengumuman diumumkan pada tanggal 17 Agustus 2014. Dan dari itu ia harus bermalam dahulu ditempatnya lomba karena para peserta diwajibkan mengikuti upacara hari kemerdekaan di Provinsi.
Malam hari sebelum di umumkannya pemenang, dia bergumam dalam hatinya, “bisakah aku menjadi pemenangnya”?. Tapi dia tetap percaya bahwa selama kita berusaha dan berdo’a Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita, walaupun terkadang kita sangat sulit untuk mensyukurinya. Pada pukul 10.00 pagi tepatnya pada tangggal 17 Agustus, dia mampu dan berhasil memenangkannya. Dia tidak menyangka dia bisa menang dengan sekolah-sekolah favorite di kota. Apalagi dia bisa menang tepat pada hari yang Istimewa bagi Indonesia.
Dia sangat bahagia, bahwa jika dia pulang nanti dia dapat mempersembahkan piala dan piagam kepada orang tuanya. Diperjalanan pulang, dia selalu terbayang-bayang senyum ayah dan ibunya, tak sabar hatinya ingin segera tiba dirumah untuk mencium juga memeluk kedua orang tuanya di rumah. Pada saat tiba di depan rumahnya, hatinya menjadi kacau dan resah “ ada apa ini?.” Dia berucap ketika kedua matanya melihat bendera kuning terpampang di depan rumahnyadan kerumunan orang yang banyak. Dia keluar dari mobil dan berlari menuju kerumahnya tanpa menghiraukan orang yang ada disana.
Ayah yang masih menggendong adiknya langsung memeluknya dengan kuat. “ Ibu…ibu ini untuk ibu, untuk ayah” (sambil memperlihatkan piala dan piagamnya). Ayahnya tak kuasa menahan tangis di depan anaknya, karena Reina terus memanggil ibunya dengan bercucuran air mata. Saat melihat ibunya terbujur kaku dengan tubuh tertutupi kain, hatinya terasa ingin memberontak, tapi dia tahu perpisahan pasti akan terjadi. Reina mengusap air matanya, dan mencium wajah ibunya yang telah dingin dan pucat.
Tanpa dia sadari kakikanya tak mampu menahan tubuhnya dan dia pun jatuh pingsan. Disaat dia terbangun ternyata ibunya telah dikebumikan. Dia harus benar-benar mengikhlaskan ibunya. Dalam hatinya terselip do’a “ ya Allah terimalah amal ibadah ibuku”. Diahari yang sanagt bersejarah bagi Indonesia ini, Reina merasakan kebahagaian, tapi dia juga merasakan kepedihan yang mendalam.

Oleh : NANA INDRIA
                                                                                                              



Share this

0 Comment to "Tangis Bahagia dan Duka"

Posting Komentar